Minggu, 03 Maret 2019

Mengusap Kepala Ketika Wudhu

Mengusap Kepala Ketika Wudhu

a. Madzhab Hanafi 

Madzhab Hanafi berpendapat bahwa mengusap kepala ketika wudhu cukup dengan seperempat dari bagian kepala saja. Yaitu dengan cara mengusap bagian ubun-ubun kepala misalnya. Dalam masalah ini, Madzhab Hanafi menggunakan dalil shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dengan sanad yang shahih: 
 Dari Mughiroh bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu: Sesungguhnya Nabi SAW Berwudhu kemudian mengusap ubun-ubunnya dan imamahnya serta khuf. (HR. Muslim) 

b. Madzhab Maliki 

Madzhab Maliki berpendapat bahwa mengusap kepala ketika wudhu wajib diratakan ke seluruh kepala.  Dalam masalah ini, Madzhab Maliki menggunakan dalil shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dengan sanad yang shahih:
Dari Abdullah bin Yazid: Nabi SAW mengusap kepalanya mulai dari depan dengan kedua tangannya sampai ke belakang kepala. (Muttafaqun Alaih) 

c. Madzhab Syafi’iy 

Madzhab Syafi’iy berpendapat bahwa mengusap kepala ketika wudhu cukup dengan sebagian dari kepala saja walaupun hanya beberapa rambut saja. Dalam masalah ini, Madzhab Syafi’iy menggunakan dalil shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dengan sanad yang shahih:
Dari Mughiroh bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu: Sesungguhnya Nabi SAW Berwudhu kemudian mengusap ubun-ubunnya dan imamahnya serta khuf. (HR. Muslim) 

d. Madzhab Hanbali 

Madzhab Hanbali berpendapat bahwa mengusap kepala ketika wudhu wajib diratakan ke seluruh kepala. Pendapat Madzhab Hanbali ini sama seperti pendapat Madzhab Maliki. Dalam masalah ini, Madzhab Hanbali menggunakan dalil shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dengan sanad yang shahih: 
Dari Abdullah bin Yazid: Nabi SAW mengusap kepalanya mulai dari depan dengan kedua tangannya sampai ke belakang kepala. (Muttafaqun Alaih) 


Batalkah Wudhu Jika Sentuhan Kulit



Batalkah Wudhu Jika Sentuhan Kulit

a. Madzhab Hanafi
                Madzhab Hanafi berpendapat bahwa sentuhan kulit antara laki-laki dan perempuan tidak membatalkan wudhu. Dalam masalah ini, Madzhab Hanafi menggunakan dalil shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dengan sanad yang shahih:
Dari Aisyah RA. Sesungguhnya Nabi SAW melakukan shalat. Sementara Aisyah tidur diantara beliau dan arah kiblat, apabila Nabi SAW hendak sujud beliau geser kaki Aisyah. (HR.Bukhari dan Muslim) 

 Dan juga menggunakan dalil yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Abu Dawud & AlBaihaqi:
Dari Hubaib bin Abi Tsabit dari Urwah dari Aisyah RA. Sesungguhnya Nabi SAW pernah mencium istrinya kemudian keluar untuk shalat dan tidak berwudhu lagi. (HR.at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Abu Dawud & Al-Baihaqi) 

b. Madzhab Maliki
                  Madzhab Maliki berpendapat bahwa sentuhan kulit antara laki-laki dan perempuan jika disertai dengan sahwat maka membatalkan wudhu, namun jika tidak disertai sahwat maka tidak membatalkan wudhu. Dalam masalah ini, Madzhab Maliki menggunakan dalil shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dengan sanad yang shahih:
Dari Aisyah RA. Sesungguhnya Nabi SAW melakukan shalat. Sementara Aisyah tidur diantara beliau dan arah kiblat, apabila Nabi SAW hendak sujud beliau geser kaki Aisyah. (HR.Bukhari dan Muslim)

Dan juga menggunakan dalil yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Abu Dawud & AlBaihaqi:
Dari Hubaib bin Abi Tsabit dari Urwah dari Aisyah RA. Sesungguhnya Nabi SAW pernah mencium istrinya kemudian keluar untuk shalat dan tidak berwudhu lagi. (HR.at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Abu Dawud & Al-Baihaqi) 

Dan juga menggunakan dalil shahih yang diriwayatkan oleh Imam Malik dan Imam Al-Baihaqi dengan sanad yang shahih:
Dari Ibnu Syihab dari Salim bin Abdullah bin Ibnu Umar dari Umar bin al-Khattab RA. Berkata : Mencium istri dan menyentuhnya termasuk Mulamasah. Siapa yang mencium istrinya atau Menyentuhnya dengan tangannya maka wajib baginya wudhu. (HR. Malik dalam Al-Muwatto’ dan Imam Baihaqi. Sanad Hadits Ini Paling Shahih) 

c. Madzhab Syafi’iy 
                  Madzhab Syafi’iy berpendapat bahwa sentuhan kulit antara laki-laki dan perempuan jika dengan yang bukan mahram maka membatalkan wudhu, namun jika sesama mahram maka tidak membatalkan wudhu. Dalam masalah ini, Madzhab Syafi’iy menggunakan dalil shahih yang diriwayatkan oleh Imam Malik dan Imam Al-Baihaqi dengan sanad yang shahih:
Dari Ibnu Syihab dari Salim bin Abdullah bin Ibnu Umar dari Umar bin al-Khattab RA. Berkata : Mencium istri dan menyentuhnya termasuk Mulamasah. Siapa yang mencium istrinya atau Menyentuhnya dengan tangannya maka wajib baginya wudhu. (HR. Malik dalam Al-Muwatto’ dan Imam Baihaqi. Sanad Hadits Ini Paling Shahih) 

Dan juga menggunakan dalil shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dengan sanad yang shahih:
Dari Abu Qatadah RA. Sesungguhnya Nabi SAW shalat dan beliau menggendong Umamah binti Zainab, apabila beliau hendak sujud maka beliau meletakkannya dan apabila berdiri beliau mengangkatnya. (HR.Bukhari dan Muslim) 

d. Madzhab Hanbali 
                       Madzhab Hanbali berpendapat bahwa sentuhan kulit antara laki-laki dan perempuan jika disertai dengan sahwat maka membatalkan wudhu, namun jika tidak disertai sahwat maka tidak membatalkan wudhu. Pendapat Madzhab Hanbali ini sama seperti pendapat Madzhab Maliki. Dalam masalah ini, Madzhab Hanbali menggunakan dalil shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dengan sanad yang shahih:
Dari Aisyah RA. Sesungguhnya Nabi SAW melakukan shalat. Sementara Aisyah tidur diantara beliau dan arah kiblat, apabila Nabi SAW hendak sujud beliau geser kaki Aisyah. (HR.Bukhari dan Muslim) 

Dan juga menggunakan dalil yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Abu Dawud & AlBaihaqi:
Dari Hubaib bin Abi Tsabit dari Urwah dari Aisyah RA. Sesungguhnya Nabi SAW pernah mencium istrinya kemudian keluar untuk shalat dan tidak berwudhu lagi. (HR.at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Abu Dawud & Al-Baihaqi) 

Dan juga menggunakan dalil shahih yang diriwayatkan oleh Imam Malik dan Imam Al-Baihaqi dengan sanad yang shahih:
Dari Ibnu Syihab dari Salim bin Abdullah bin Ibnu Umar dari Umar bin al-Khattab RA. Berkata : Mencium istri dan menyentuhnya termasuk Mulamasah. Siapa yang mencium istrinya atau Menyentuhnya dengan tangannya maka wajib baginya wudhu. (HR. Malik dalam Al-Muwatto’ dan Imam Baihaqi. Sanad Hadits Ini Paling Shahih)